Article By: Tuti Fitrianti
Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin lainnya, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab (33): 59)
Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin lainnya, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab (33): 59)
Saudariku..
Perintah
mengenakan jilbab merupakan perintah Allah secara langsung kepada semua
muslimah. Namun, walaupun hal demikian adalah perintah Tuhan secara langsung
yang bertujuan untuk kebaikan dan kehormatan diri seorang muslimah, kebebasan
untuk melaksanakan perintah tersebut membutuhkan perjuangan yang ekstra.
Kebebasan mengenakan Pakaian takwa ini banyak dihalang-halangi oleh
skandal-skandal tertentu yang tidak mengerti islam secara kaffah (menyeluruh).
Tahukah
kalian bahwa berkibarnya jilbab di tanah air ini sebelumnya memerlukan
pengorbanan??
Pengorbanan
yang mungkin mempertaruhkan nyawa dan harga diri demi sebuah hijab sebagai
bentuk kecintaan kepada Allah semata..
Sungguh,
kebebasan menutup aurat (jilbab) yang kita rasakan sekarang adalah bentuk upaya
mereka yang memperjuangkan hak-hak muslimah di tanah air..
Berikut ini
awal mula jilbab berkibar di Indonesia:
Berkibarnya
jilbab di bumi pertiwi telah melewati sejarah luka yang panjang dan lama.
Sekitar tahun 1980-an, ribuan mahasiswi dan pelajar berjilbab membanjiri
jalanan di berbagai kota besar. Mereka memprotes keputusan yang melarang jilbab
di sekolah.
Revolusi
jilbab di Indonesia bermula tahun 1979. Siswi-siswi berkerudung di SPG Negeri
Bandung hendak dipisahkan pada lokal khusus. Mereka langsung memberontak atas
perlakuan diskriminasi terhadap jilbabnya. Ketua MUI Jawa Barat turun tangan
hingga pemisahan itu berhasil digagalkan. Ini adalah kasus awal dari rentetan
panjang sejarah jilbab di bumi persada.
Selanjutnya
tanggal 17 Maret 1982 keluar SK 052/C/Kep/D.82 tentang seragam sekolah nasional
oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah , Prof. Darji Darmodiharjo, S. H.
Pelaksanaan terhadap surat keputusan itu malah berujung pada larangan terhadap
jilbab. Maka meledaklah demo barisan pembela jilbab di seantero Indonesia.
Ketika itu
tengah gencar-gencarnya penggusuran jilbaber dari bangku pelajaran. Para
muslimah terpaksa hengkang dari studi demi konsisten menjalankan syariat.
Mereka yang diusir dari sekolah, bahkan menggelar perkara ini sampai ke
pengadilan.
Belum reda
perjuangan jilbab di sekolah-sekolah, muncul fitnah baru di penghujung 1989.
Jilbab penebar racun!? Ny. Fadillah berbelanja di Pasar Rawu, diserang tiba-tiba,
diteriaki dan dituduh penebar racun. Orang-orang yang tersulut emosi langsung
merajam wanita itu hingga hampir meninggal dunia. Para muslimah menjadi takut
keluar rumah. Hingga kembali digelar tabligh akbar lautan pendukung jilbab.
Korban demi
korban terus berjatuhan tetapi semangat berbusana takwa makin berkobar hebat.
Akhirnya, kebenaran tidak bisa lagi dihempang, aturan Tuhanlah yang maha benar.
Unjuk rasa, protes, demonstrasi dan dialog intensif serta jalur hukum sampailah
di saat yang berbahagia. Seiring keluarnya SK Dirjen Dikdarmen No.
100/C/Kep/D/1991 jilbab lengkap dengan busana menutup auratnya dinyatakan
‘halal’ masuk sekolah. Allahu Akbar!!??!!
Saudariku…
Buah
perjuangan merekalah yang kita nikmati sekarang, di mana-mana disaksikan lautan
jilbab. Busana yang memancarkan pesona ‘dalam’ yang kuat. Pakaian takwa yang
berfungsi sebagai benteng kehormatan diri.
Saudariku …
Saya sangat
yakin, bahwa kita semua sebagai seorang muslimah, diminta mencopot jilbab
bagaikan memaksa telanjang di depan umum. Jilbab bukan sekedar urusan busana,
tetapi melambangkan keislaman seorang perempuan. Sekaligus sebagai simbol
kesalehan dan ketaatan kita kepada Allah.
Saudariku…
Pakaian
takwa bukan hanya sekedar pembungkus tubuh. Busana adalah ekspresi jiwa terhadap
identitas pemakainya. Ia merupakan kemasan apik dari pribadi luhur pemakainya.
Sosok muslimah berpakaian takwa bagaikan oase penyejuk di tengah panasnya
bisnis obral aurat. Jilbab ini telah menuntun kita tidak menjadi golongan dari
mereka. Peliharalah hijab kita ini hingga kita bertemu Allah. Hijab yang akan
membuat kita berucap bangga ketika bertemu Allah “semua yang kulakukan di dunia
ini adalah sebagai pertanda rasa cintaku yang besar kepada-Mu yaa Rabb”.
Saudariku …
Jangan
dianggap jilbab malah membuat kita terkesan tidak menarik. Muslimah berjilbab
memberikan kesan khusus terhadap lawan jenis. Pribadi yang menimbulkan citra
tentang sesuatu yang berharga, makin banyak yang tertutupi makin menariklah ia.
Ibarat mutiara yang mempunyai banyak sudut, di mana tiap-tiapnya memancarkan
pesona yang berbeda. Keanggunan yang membuat hati tertawan, sehingga kegelapan
berubah kegemilangan. Wanita shalihah semakin lama kian bertambah keindahan
dari perhiasan budi pekertinya. Sementara muslimah sejati cemerlang dengan
inner beauty dari hijabnya, cantik hingga ke hatinya.
Yakinlah
saudariku..
Keribetan
kita di dunia akan hijab ini akan dibalas kemudahan oleh Allah di akhirat..
Ingatlah
sebuah hadits yang memposisikan keutuhan suatu Negara berdasarkan wanita di
dalamnya:
“Wanita
adalah tiang Negara, jika rusak, maka Negara juga akan rusak, dan jika baik,
Negara juga kan menjadi baik”.
Betapa
besarnya peran kita sebagai seorang muslimah. Peran yang bisa menghantarkan
keutuhan suatu Negara ataupun keruntuhan suatu Negara. Jagalah selalu hijab ini
karena dengan demikian kita tidak akan termasuk wanita yang menghancurkan
Negara. (Aamiiinn)
Satu lagi
hiasan kalimat yang sangat saya senangi: “Banyak pria hebat menjadikan
wanita sebagai sumber inspirasi dan motivasi yang tertinggi. Selalu ada
perempuan kuat dibalik lelaki hebat. Entah itu berperan sebagai ibu, istri,
kekasih, atau sahabat. Karena itu, ia dianggap sebagai tonggak-tonggak
penyangga sebuah peradaban”.
“Jagalah
selalu jilbabmu Ukhti, karena itu sungguh nyaman, tenteram, anggun, cantik,
mempesona dan tentunya sejuk di mata.”
1 komentar:
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar kami.
EmoticonEmoticon