Mendekatlah padaNya Sampaikan rindu itu padaNya Curahkanlah semua penyakit hati itu padaNya Jangan sampai aktivitas dakwah ini menjadi terganggu Hanya karena hati ini tak mampu menahan goda nafsu Hanya karena iman ini terlalu lemah untuk menjaga pandangan dan perasaan Dakwah ini akan menguras segalanya Bahkan masa muda dimana rasa cinta begitu menggelora Wahai hatiku yang mudah terkena goda rayu Kuatlah dalam menjaga semua rasa yang ada Hingga nanti tiba saatnya dapat kusempurnakan separuh dari agamaNya
Cinta. Satu kata misterius yang tak akan pernah kita tahu kapan
datangnya. Kata itu menjadi begitu sakral di usia kepala dua. Usia
dimana cinta monyet sudah tak lagi berlaku. Usia dimana masa puber
(seharusnya) sudah selesai. Usia disaat cinta memang tak hanya sebatas
dengan orang tua, saudara atau teman main. Cinta di usia ini mengenal
lawan jenis, yang tentu saja kadarnya tak akan sama dengan cinta monyet.
Cinta yang tak pada tempatnya, bukanlah masalah yang sederhana. Lihat
saja fenomena sekarang. Banyak aktivis yang berguguran karena virus
merah jambu. Dan tak bisa dipungkiri, mungkin juga telah menyerang hati
kita masing-masing. Membuat jalan kita begitu terseok-seok untuk
memperjuangkan agama-Nya. Wajar saja memang, karena kita manusia, bukan
malaikat yang bersih dari nafsu.
Tak ada yang salah memang. Cinta terhadap lawan jenis ini adalah
perasaan fitrah yang pasti akan muncul, hanya saja kembali pada kita
untuk mengatur dan menjaganya. Agar tidak keluar dari lingkaran iman
yang kita bangun. Agar besarnya tak melebihi kadar cinta kita pada-Nya.
Agar terombang-ambingnya perasaan kita, tidak memperlambat perjalanan
dakwah ini. Agar kita tidak tumbuh menjadi aktivis bermental galau. Agar
dakwah ini menjadi prioritas, bukan sarana untuk memenangkan cinta
kepada makhluk-Nya.
Tak dapat terbayangkan, kapan kemenangan Islam ini dapat tercapai jika
kebanyakan pejuangnya sedang asik menjadi aktivis galau. Kemenangan
Islam membutuhkan pejuang yang berfikir akan visi-misi yang besar,
diskusi yang tajam tentang perjuangan dan aksi konkrit untuk melawan
musuh Islam. Bukan malah berteori tentang cinta yang tak kunjung tiba.
Karena menyempurnakan agama-Nya tidak butuh teori panjang lebar. Jika
siap, maka lakukanlah, halalkan hubungan itu. Jangan sampai waktu habis
untuk menggalaukan sesuatu yang belum pasti. Menggalaukan cinta yang
belum mampu untuk kita halalkan.
Astaghfirullah. Semoga saja kita terhindar dari perbuatan-perbuatan yang
melemahkan iman dan hati. Perjuangan ini memang tak pernah mudah.
Jalannya berkelok-kelok. Semoga saja kita, para pemuda, dapat tumbuh
meneruskan estafet dakwah yang ada. Mari periksa hati-hati kita. Kita
kuatkan benteng imannya. Agar Islam ini, memiliki pejuang-pejuang yang
tangguh, bukan pejuang-pejuang yang mudah galau karena cinta yang tak
selayaknya. [Fimadani]
Oleh: Wildan, Bandung
IT Telkom Bandung
IT Telkom Bandung
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar kami.
EmoticonEmoticon