13 Feb 2013

Paling tidak ada tiga fase yang biasa dilalui oleh sebuah organisasi sebagai suatu perputaran, yaitu planning, konsolidasi, dan mobilisasi. Dan saat ini kita sedang melewati sebuah fase, di mana pada fase ini kita sedang sibuk-sibuknya menata kembali organisasi da’wah kita, setelah melewati proses regenerasi dari satu kepengurusan ke kepengurusan berikutnya.

Perencanaan demi perencanaan adalah suatu kebutuhan. Dalam fase ini akan terlihat betapa berat tugas-tugas yang akan kita lalui. Betapa berat tanggung jawab yang akan kita hadapi di hadapan Allah dan di hadapan ummat. Oleh karena itulah kita harus mempunyai basis yang kokoh sebagai titik tolak untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.

Salah satu basis utama sebagai modal titik tolak dalam melaksanakan tugas-tugas kita adalah kesolidan jamaah atau kekokohan organisasi. Hal ini sebenarnya sudah sering kita dengar, baik itu dalam taujih-taujih, taushiyah, tarbiyah, dan sebagainya. Namun karena kesibukan dan tanggung jawab kita yang berat, maka kadang kala kita selalu lupa. Oleh karena itulah perlu senantiasa adanya pengingat, tadzkirah, sebagai suatu kebutuhan bagi orang-orang yang aktif. Dan taujih ini mencoba mengingatkan kita semua mengenai kesolidan-Organisasi.

Ikhwan-wa-akhwat-fillah...
Untuk sebuah kesolidan atau kekokohan organisasi, paling tidak kita membutuhkan suatu kondisi yang sering disebut dengan istiqrar, ketenangan, atau kestabilan. Sudah barang tentu kondisi ini paling utama dituntut kepada setiap personal kader kepada setiap ikhwan akhwat yang komitmen kepada gerakan da’wah ini.
 

Stabilitas (Ketenangan) Jiwa
Pertama, setiap kader dituntut untuk selalu memperhatikan ketenangan jiwanya. Jangan sampai akibat kesibukan yang demikian banyak, tantangan yang demikian berat, tuntutan dan pengorbanan yang melampaui batas-batas kemampuan, membuat jiwa kita menjadi kacau. Yang kacau akan terguncang, yang akhirnya akan seperti yang disindirkan oleh Sayyid Quthb sebagai an nuful al mahzumah, jiwa yang kalah lebih dahulu sebelum terjun ke medan pertempuran. Oleh karena itu setiap kader ikhwan akhwat harus memperhatikan dan memberikan inayah yang cukup terhadap ketenangan jiwanya.

Ketenangan jiwa hanya bisa diraih melalui upaya bagaimana kita bisa mengarahkan hati kita selalu berhubungan dengan Allah Ta’ala. Hanya dengan itulah ketenangan jiwa bisa ditumbuhkan, bisa dipelihara, dan dikembangkan. Karena hanya dengan mengingat Allah-lah hati bisa menjadi tenang, ala bidzikrillah tahtmainnul qulub.

Ikhwan akhwat yang dicintai Allah..
Kita sebagai duat dan dai Ilallah harus menjadi orang yang paling sanggup memelihara hatinya dalam kondisi yang tenang dan stabil. Karena dari sanalah akan tumbuh tsiqah, yakin betul kepada Allah, yakin betul akan adanya kemenangan yang dianugerahkan oleh Allah. Tanpa itu, dengan tantangan dan tugas yang berat ini, kita akan gelisah, oleh karena itu hati kita harus senantiasa dihubungkan dengan kekuatan Maha Besar, yaitu Allah Ta’ala. Yang bukan saja menggerakkan alam semesta ini, tapi Dialah Pencipta alam semesta ini. Dialah yang mengarahkan ke mana bergeraknya alam semesta, termasuk fenomena dengan aneka ragam kelompok dan ideologinya, aneka raga programnya, seluruhnya digerakkan oleh Allah dan akan mencapai target-target yang sudah dibatasi oleh iradah dan kehendak-Nya.

Menghadapi akan hal ini, kita tidak akan pernah bisa merasa gentar melihat kekuatan besar, karena Allahlah yang Maha Besar. Kita tidak akan pernah merasa minder melihat lawan lawan yang kaya raya, karena Allah-lah yang Maha Kaya, Yang Maha Mulia. Yakin! Mungkin apa yang kita miliki sekarang sedikit, tetapi yang dijanjikan Allah sebagai pertolongan-Nya adalah Maha, Maha Besar. Apa-apa yang disediakan Allah adalah untuk para mujahid. Sifat qanaah inilah yang harus kita miliki. Tanpa qanaah kita akan ngeri melihat kekayaan yang dimiliki lawan dengan hasil rampokannya yang demikian banyak, seolah-olah di mata kita akan berlomba dengan kekuatan seperti itu. Tetapi kalau kita yakin bahwa yang memerintahkan kita adalah Allah Ta’ala dalam rangka berlomba-lomba dalam kebaikan, insya Allah tidak akan ragu untuk mulai dan berjalan dengan manhaj Allah dan mencapai finish. Allahu Akbar! 

Jiwa itulah yang harus dimiliki oleh para duat sehingga apapun yang kita hadapi kalkulasinya bukan kalkulasi bumi, tetapi kalkulasi samawi, di mana seluruh fenomena universal ini tidak ada yang terlepas dari tadbir rabbani. Sekali-kali hanya ketenangan jiwa sajalah yang akan betul-betul yakin akan Allah dan pertolongan Allah.

Wallahu'alam bi showab.

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar kami.
EmoticonEmoticon