Home ›
Renungan ›
Bagaimana Mempertahankan & Menuju Kesolidan Organisasi??
Paling tidak ada tiga fase yang biasa dilalui oleh sebuah organisasi
sebagai suatu perputaran, yaitu planning, konsolidasi, dan mobilisasi.
Dan saat ini kita sedang melewati sebuah fase, di mana pada fase ini
kita sedang sibuk-sibuknya menata kembali organisasi da’wah kita,
setelah melewati proses regenerasi dari satu kepengurusan ke
kepengurusan berikutnya.
Perencanaan demi perencanaan adalah suatu kebutuhan. Dalam fase ini akan
terlihat betapa berat tugas-tugas yang akan kita lalui. Betapa berat
tanggung jawab yang akan kita hadapi di hadapan Allah dan di hadapan
ummat. Oleh karena itulah kita harus mempunyai basis yang kokoh sebagai
titik tolak untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Salah satu basis utama sebagai modal titik tolak dalam melaksanakan
tugas-tugas kita adalah kesolidan jamaah atau kekokohan organisasi. Hal
ini sebenarnya sudah sering kita dengar, baik itu dalam taujih-taujih,
taushiyah, tarbiyah, dan sebagainya. Namun karena kesibukan dan tanggung
jawab kita yang berat, maka kadang kala kita selalu lupa. Oleh karena
itulah perlu senantiasa adanya pengingat, tadzkirah, sebagai suatu
kebutuhan bagi orang-orang yang aktif. Dan taujih ini mencoba
mengingatkan kita semua mengenai kesolidan-Organisasi.
Ikhwan-wa-akhwat-fillah...
Untuk sebuah kesolidan atau kekokohan organisasi, paling tidak kita
membutuhkan suatu kondisi yang sering disebut dengan istiqrar,
ketenangan, atau kestabilan. Sudah barang tentu kondisi ini paling utama
dituntut kepada setiap personal kader kepada setiap ikhwan akhwat yang
komitmen kepada gerakan da’wah ini.
Stabilitas (Ketenangan) Jiwa
Pertama, setiap kader dituntut untuk selalu memperhatikan ketenangan
jiwanya. Jangan sampai akibat kesibukan yang demikian banyak, tantangan
yang demikian berat, tuntutan dan pengorbanan yang melampaui batas-batas
kemampuan, membuat jiwa kita menjadi kacau. Yang kacau akan terguncang,
yang akhirnya akan seperti yang disindirkan oleh Sayyid Quthb sebagai
an nuful al mahzumah, jiwa yang kalah lebih dahulu sebelum terjun ke
medan pertempuran. Oleh karena itu setiap kader ikhwan akhwat harus
memperhatikan dan memberikan inayah yang cukup terhadap ketenangan
jiwanya.
Ketenangan jiwa hanya bisa diraih melalui upaya bagaimana kita bisa
mengarahkan hati kita selalu berhubungan dengan Allah Ta’ala. Hanya
dengan itulah ketenangan jiwa bisa ditumbuhkan, bisa dipelihara, dan
dikembangkan. Karena hanya dengan mengingat Allah-lah hati bisa menjadi
tenang, ala bidzikrillah tahtmainnul qulub.
Ikhwan akhwat yang dicintai Allah..
Kita sebagai duat dan dai Ilallah harus menjadi orang yang paling
sanggup memelihara hatinya dalam kondisi yang tenang dan stabil. Karena
dari sanalah akan tumbuh tsiqah, yakin betul kepada Allah, yakin betul
akan adanya kemenangan yang dianugerahkan oleh Allah. Tanpa itu, dengan
tantangan dan tugas yang berat ini, kita akan gelisah, oleh karena itu
hati kita harus senantiasa dihubungkan dengan kekuatan Maha Besar, yaitu
Allah Ta’ala. Yang bukan saja menggerakkan alam semesta ini, tapi
Dialah Pencipta alam semesta ini. Dialah yang mengarahkan ke mana
bergeraknya alam semesta, termasuk fenomena dengan aneka ragam kelompok
dan ideologinya, aneka raga programnya, seluruhnya digerakkan oleh Allah
dan akan mencapai target-target yang sudah dibatasi oleh iradah dan
kehendak-Nya.
Menghadapi akan hal ini, kita tidak akan pernah bisa merasa gentar
melihat kekuatan besar, karena Allahlah yang Maha Besar. Kita tidak akan
pernah merasa minder melihat lawan lawan yang kaya raya, karena
Allah-lah yang Maha Kaya, Yang Maha Mulia. Yakin! Mungkin apa yang kita
miliki sekarang sedikit, tetapi yang dijanjikan Allah sebagai
pertolongan-Nya adalah Maha, Maha Besar. Apa-apa yang disediakan Allah
adalah untuk para mujahid. Sifat qanaah inilah yang harus kita miliki.
Tanpa qanaah kita akan ngeri melihat kekayaan yang dimiliki lawan dengan
hasil rampokannya yang demikian banyak, seolah-olah di mata kita akan
berlomba dengan kekuatan seperti itu. Tetapi kalau kita yakin bahwa yang
memerintahkan kita adalah Allah Ta’ala dalam rangka berlomba-lomba
dalam kebaikan, insya Allah tidak akan ragu untuk mulai dan berjalan
dengan manhaj Allah dan mencapai finish. Allahu Akbar!
Jiwa itulah yang harus dimiliki oleh para duat sehingga apapun yang kita
hadapi kalkulasinya bukan kalkulasi bumi, tetapi kalkulasi samawi, di
mana seluruh fenomena universal ini tidak ada yang terlepas dari tadbir
rabbani. Sekali-kali hanya ketenangan jiwa sajalah yang akan betul-betul
yakin akan Allah dan pertolongan Allah.
Wallahu'alam bi showab.
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar kami.
EmoticonEmoticon